Ruang sebagai esensi dasar arsitektur dan aksi manusia merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Ruang memberikan kualitas bagi aksi di dalamnya, begitu pula aksi memberikan makna pada sebuah ruang. Ruang keseharian merupakan ruang yang berada di sekitar manusia yang dimaknai dan mempunyai program serta susunan perilaku tertentu bagi manusia di dalamnya. Program dan susunan ini menentukan limit ideal suatu ruang terhadap aksi apa yang yang ingin dihadirkan.
Peran cerita yang hadir dalam bentuk sinetron adalah merangkaikan dam memanipulasi aksi-aksi di dalam ruang keseharian oleh tokoh-tokohnya sehingga memperlihatkan sampai batas mana suatu program dan susunan perilaku dalam ruang keseharian dapat diperluas dari program dan susunan awalnya hingga terbentuklah konflik antara program awal dengan program yang diperluas yang ditampilkan dalam sinetron. Melalui konflik inilah sinetron menjadi dinikmati dan ruang keseharian dimaknai lebih dari realita.
Space as basic architectural essence and human actions inside it are two inseparable things. Spaces qualified action, and otherwise, human define a space through actions. Everyday space is space around human life which defined by programs and certain behavioral order. This program and order become an ideal limit of space which allows action to present. The role of narrative in television cinema is to connect and to manipulate actions in everyday space by its characters, so it can show how far the limits in everyday space widen, from program and its early order. Between early program and the widen program shown in television drama establish conflicts. From this conflict, this television cinema can be enjoyed and the everyday space can be defined more than reality.