Naskah ini berupa kumpulan tiga buku yang dibendel menjadi satu. Masing-masing buku tersebut berisi tiga teks yang berjudul: serat sriyatna (h. 1-73), dongeng banudaya I (81-141), dan dongeng banudaya II (149-209). Teks serat sriyatna berisi catatan raja-raja Kasunan Surakarta (PB I-X), Kasultanan Yogyakarta (HB I-VII), Mangkunagaran Surakarta (MN I-VII), dan Pakualaman Yogyakarta (PA I-VII), dari lahir sampai meninggal. Di dalamnya juga disebutkan masing-,asing nama kecilnya. Kelahirannya (tempat, weton, wuku, bulan), saat menjadi raja (umur, hari, tanggal, wuku, bulan Jawa, tahun Jawa, sengkala, lamanya), waktu meninggalnya, dan tempat pemakamannya. Diceritakan juga tentang perpindahan kerajaan Mataram dari Kartasura ke desa Sala. Pada bagian akhir disebutkan bahwa serat sriyatna I ini akan diteruskan dengan buku II yang berisi catatan para pejabat tinggi keempat kerajaan itu. Teks serat sriyatna yang ada dalam naskah ini tidak sama dengan teks serat sriyatna yang terdapat dalam serat-serat anggitan dalem Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Ariya Mangkunagaran IV jilid III (Jakarta: Noorhof Kolf, 1953, hlm.32), maupun yang ada dalam MSB/P.203. Teks dongeng banudaya I dan dongeng banudaya II berbentuk prosa. Isinya tentang negara Purwakanda dengan rajanya Prabu Banudaya, permaisuri Retna Rastuti, anaknya R. Umbaran, dan tentanbg keadaan kehidupan rakyatnya. Diakhiri dengan pengangkatan R. Umbaran menjadi Prabu Umbaran, Prabu Banudaya menjadi pendeta bergelar Begawan Legawa. Periksa juga MSB/W.10. Berikut daftar pupuh: 1) sinom; 2) sinom; 3) asmarandana; 4) mijil; 5) dhandhanggula; 6) pucung; 7) maskumambang; 8) megatruh; 9) kinanthi; 10) dhandhanggula; 11) durma; 12) gambuh; 13) pangkur; 14) sinom; 15) asmarandana; 16) dhandhanggula; 17) kinanthi; 18) maskumambang; 19) pucung; 20) megatruh; 21) dhandhanggula; 22) sinom; 23) kinanthi; 24) sinom; 25) asmarandana; 26) pangkur; 27) dhandhanggula; 28) gambuh; 29) maskumambang; 30) kinanthi.